Sehebat apapun rencana yang telah kita rancang, tak jarang pada realisasinya rencana tersebut tidak berjalan persis seperti apa yang telah dirancang. Jika berjalan dengan lebih baik, itu keberuntungan (kemudahan), maka bersyukurlah. Akan tetapi, jika berjalan tersendat karena dipenuhi kendala, benarkah itu sebuah ketidakberuntungan? Siapa yang harus dipersalahkan?
It’s a nice beginning
Semua telah kupersiapkan dengan matang (demikian pikirku, sesuai dengan pemahaman yang kumiliki saat itu). Meskipun pada awalnya merasa sedikit gamang oleh kemungkinan tidak berhasil (success and failure are on the same box of your possibility-supplies; can’t be separated), tetapi saat aku menapakkan langkah pertama dan menemukan kemudahan, aku menjadi percaya diri untuk lanjut ke langkah berikutnya.
this pic was taken from http://www.istockphoto.com. |
They say it’ll be hard for me
Tiba waktuku untuk membuat langkah kedua. Kali ini aku harus melibatkan diri dalam beberapa hal yang belum pernah kucoba sebelumnya. Memasuki sebuah lingkungan baru. Ini bukan hal mudah bagiku (I need time to adapt to a new environment), meski juga bukan hal yang akan membunuhku. Beberapa orang berpendapat miring tentang orang-orang tersebut. Ada yang menilai tidak kooperatif, ada yang mengatakan sangat subjektif, ada yang menganggap hobby mempersulit, dan berbagai isu negatif lainnya (tapi aku belum bisa mempercayai apa yang belum kulihat dan kurasakan sendiri). Sempat muncul pertanyaan di benakku, apakah aku akan berpendapat sama dengan yang mereka katakan saat telah menjalani itu semua? Kemungkinan itu selalu ada. But, aku memilih untuk menaruh harapan pada kemungkinan baik.
I get stuck, but It’s okay, I can wait.
I found it’s not as easy as I thought before. Ada beberapa pihak yang sepertinya kurang kooperatif. Aku tidak bisa menyalahkan karena dalam hal ini mereka sama sekali tidak berkewajiban untuk bersikap demikian (sekalipun mereka bersikap kooperatif, tidak ada reward tertentu yang akan mereka terima). Tambah lagi, masih ada hal lain yang harus mereka lakukan. Aku mengerti itu. Aku pun mencari celah agar aku dapat dibantu tanpa perlu membuat mereka merasa terbebani. I got the golden way, meskipun aku harus sedikit menunggu dan berlatih cara menggunakan thermostat hati dengan benar. So far, it’s okay.
Stuck again, and I can’t move
It has been weeks I staying at this point (out of fuel and no gas station around here). It doesn’t favor my expectation. Kulihat yang lain sudah jauh melampauiku. I’m left. But the worst is I’m caught in these things: frustrating situation, feeling sick, jealousy of other people, and fear of failure.
Kusadari sikapku mulai berubah. Mulai menghindari kontak yang membuatku merasa tidak nyaman (pertanyaan tentang progress terdengar seperti mocking words yang menjatuhkan self-esteem). Berusaha menciptakan comfort zone di titik itu. Aku tahu, itu bukan keputusan yang benar (apalagi tepat), tapi prioritasku saat itu adalah feeling of comfort.
I see the rainbow from here
The more I stay here with nothing to do, the more I’m drowned in that frustrating situation. Nothing good happens. Perlahan aku mulai membuka mata dan mengakui bahwa yang kulakukan adalah salah (mengakui kesalahan itu bukan hal yang mudah bagi mereka yang tidak memiliki kelapangan hati yang luas). Tidak hanya sampai di situ, aku pun mulai membuka diri untuk sebuah pertanyaan tentang progress (keterbukaan itu membutuhkan pengakuan dan penerimaan diri yang ikhlas). Perlahan kutemukan kelegaan, perasaan “enak” yang “benar”.
this pic was taken from http://www.istockphoto.com. |
Tentang feeling sick, saat aku merasa lelah dengan stagnance, mulai ada keluhan-keluhan yang malah makin me-nyata-kan ketidakberuntungan itu. Saat aku berkata “lelah” (meskipun belum terlalu lelah), serta merta aku merasa benar-benar lelah. It’s like magic spelling; my words do come true. Later I know that it’s not good to moan for something you dislike coz it makes you feel worse. The only thing that helps me get better is focusing on being healthy (I’m fine with this).
Tentang jealousy of other people, saat aku mengetahui bahwa yang lain telah terpaut jauh di depanku, aku merasa mereka sangat beruntung (sedangkan aku tidak). But I’m wrong (I’m not unlucky, but I just get stuck). Sometimes we need to review how long we’re left behind people to push ownself to run faster so we can get beside them. However, we’ve got to remember that we’re running not to pass anyone by, but to pass own limitation by. I have to check point to know how many steps I have to make and how fast I have to run to get my destination.
Tentang fear of failure, kemungkinan berhasil dan kemungkinan tidak berhasil itu selalu berjalan beriringan. Focusing on the worst possible outcome is extremely stressful. Mengkhawatirkan kemungkinan terburuk bisa menghambat kita untuk mencoba Kemungkinan bukanlah kenyataan. Jadi, jangan bersandar pada kemungkinan tidak berhasil jika kita masih dapat melihat kemungkinan berhasil.
Last one, aku belajar bahwa planning sematang apapun tidak menjamin sebuah upaya realisasi yang perfect. Kendala bukanlah ketidakberuntungan, melainkan trigger untuk stimulasi kedewasaan dan kebijaksanaan cara berpikir. Tak perlu terlalu khawatir, planning terbaik telah dipersiapkan-Nya untuk orang-orang yang bersedia melakukan upaya terbaik dari apa yang ia sanggup lakukan.
I must be doing something right
I’m stuck here and have to wait. But waiting doesn’t mean I just stay here with nothing to do. I must be doing something, my best effort. And I’m doing something.
In this difficulty there will be relief. I believe it. Now I can see a rainbow from here.
0 comments:
Post a Comment